A. Pentingnya
kebijakan deviden
Kebijakan dividen
menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi
kembali perusahaan. Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang
diperoleh sebagai deviden hal tersebut tentu saja akan mengurangi
jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang
akan digunakan untuk investasi perusahaan. Laba ditahan merupakan
salah satu sumber pendanaan yang sangat signifikan bagi pertumbuhan perusahaan,
tetapi di sisi lain dividen merupakan aliran kas yang dibagikan pada pemegang
saham.
Miller
dan Modigliani
(1961) mengemukakan bahwa dengan asumsi pasar sempurna, perilaku rasional dan
kepastian yang sempurna, menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan dan
kebijakan dividen adalah tidak relevan (dividend irrelevance). Sedangkan
paham dividend relevance menyatakan bahwa pembagian
dividen oleh suatu perusahaan, merupakan signal bagi pemegang saham. Pemegang
saham akan menginterprestasikan peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan,
sebagai signal bahwa pihak manajemen memiliki prediksi earning yang tinggi di
masa yang akan dating (Black, 1976).
Kebijakan dividen
melibatkan keputusan apakah akan membagikan laba atau menahannya untuk diinvestasikan
kembali didalam perusahaan dan bagaimana nanti dampaknya bagi nilai perusahaan
(Copeland, 1997).
B. Faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen
1.
Posisi
Solvabilitas perusahaan
Apabila perusahaan dalam kurang
menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan
laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur
modalnya.
2.
Posisi
Likuiditas Perusahaan
Perusahaan membayarkan dividen berarti
harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak, apabila kondisi
likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil,
sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas.
3.
Kebutuhan
untuk melunasi Hutang
Kecenderungan sebuah perusahaan dalam
kondisi banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus
disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham.
4.
Rencana
perluasan
Perusahaan yang berkembang ditandai
dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari
perluasan yang dilakukan oleh perusahaan, yang pada akhirnya semakin
besar pula kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut.
5.
Kesempatan
investasi
Semakin terbuka kesempatan investasi
semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan
untuk investasi.
6.
Stabilitas
pendapatan
Perusahaan yang pendapatannya stabil
tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk, berbeda dengan perusahaan
yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar
untuk berjaga-jaga, yang tentunya akan berpegaruh terhadap dividen yang akan
dibagi.
7.
Penguasaan terhadap
perusahaan
Apabila perusahaan mencari sumber dana
dari modal sendiri, akan masukinvestor baru dan ini
tentunya akan mengurangi proporsi kekuasaan pemilik lamadalam
mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar.
Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian
tetap berada ditangannya.
B. Jenis-jenis
tanggal dalam pembagian dividen
Pada waktu pengumuman
dividen ada beberapa jenis tanggal yang perlu diperhatikan yaitu: (Ang, 1997)
1. Tanggal
pengumuman (announcement date)
Tanggal pengumuman dividen
merupakan tanggal resmi pengumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya
serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan.
2. Tanggal
cum-dividend (cum-dividend date)
Tanggal cum-dividend
merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk
mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.
3. Tanggal
ex-dividend (ex-dividend date)
Tanggal dimana perdagangan
saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen.
4. Tanggal pencatatan
dalam daftar pemegang saham (date of record)
Tanggal dimana seorang
harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau emiten, sehingga
ia mempunyai hak memperoleh dividen yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
5. Tanggal
pembayaran (payment date)
Tanggal pembayaran adalah
tanggal dimana dividen dibayarkan kepada investor.
C. KEBIJAKAN
PEMBERIAN DIVIDEN
Bentuk
kebijakan dividen tersebut adalah :
1. Kebijakan
pemberian dividen stabil
Kebijakan
pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara
tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan
berfluktuasi.
Biasanya meskipun
perusahaan tersebut memiliki laba yang terbatas, pada
umumnya perusahaan enggan memotong dividen karena pengurangan dividen
akan dianggap bahwa perusahaan mengalami kesulitan likuiditas sehingga perlu
mendapatkan tambahan dana dengan memotong dividen (Jogiyanto, 2000).
2. Kebijakan
dividen yang meningkatkan
Dengan kebijakan ini, perusahaan akan
membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu
meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. Misalnya perusahaan akan memberikan
dividen sebesar Rp. 600,- per lembar dengan pertumbuhan 5%, sehingga tahun
depan bisa diprediksi besarnya dividen akan naik 5% menjadi 630,- per
lembarnya.
Hal yang
paling banyak ditemui adalah perusahaan membayar dividen yang konstan dari
waktu ke waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam
keadaan stabil (Jogiyanto, 2000)
3. Kebijakan
dividen dengan ratio yang konstan
Kebijakan ini memberikan dividen yang
besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar
laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula
sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang
digunakan sering disebut divided payoutratio.
Kenaikan dividen yang amat
besar mengisyaratkan bahwa manajemen merasa optimis atas masa depan perusahaan
dan merupakan sinyal yang lebih kuat daripada kenaikan dividen kecil (Asquith
dan Mullins, 1983, dalam Amiruddin et al (2003).
4. Kebijakan
Pemberian Dividen Reguler yang rendah ditambah ekstra
Kebijakan
pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra
dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
D. Kebijakan
dividen
Berdasarkan bentuk dividen yang
dibayarkan, dividen dapat dibedakan atas2 jenis yaitu: (Ang, 1997)
1. Dividen Tunai (cash
dividend)
Dividen tunai merupakan
dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai. Tujuan emiten untuk memberikan
dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek,
yang juga merupakan return kepada para pemegang saham (Gitman, 2006).
2. Dividen Saham (stock
dividend)
Pemegang saham akan diberi
tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Disamping tujuan yang sama
dengan dividen tunai juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan
saham di bursa efek. Disamping itu pemberian dividen dalam bentuk saham
kadang-kadang juga diberikan karena memperhatikan likuiditas keuangan
perusahaan. Direksi menilai bahwa likuiditas keuangan perusahaan tidak
memungkinkan pembayaran dividen dalam bentuk tunai sehingga diputuskan
dibayarkan dalam bentuk saham baru.
Pemberian stock dividend
tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah
komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan, tetapi akan mengubah
komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya
pemberian stock dividen ini akan mengurangi pos lab ditahan di neraca dan akan
ditambahkan ke pos modal saham. Dengan demikian laba ditahan akan berkurang dan
modal saham akan bertambah (Gitman, 2006).
Contoh :
Suatu
perusahaan pada akhir tahun mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut
(sebelum adanya stock dividend):
Modal Saham
(nominal Rp. 5.000 x 120.000 lbr) =Rp. 600.000.000,-
Agio Saham =
Rp. 400.000.000,-
Laba ditahan =
Rp. 800.000.000,-
Jumlah Modal
Sendiri =
Rp. 1.800.000.000,-
Perusahaan
akan memberikan stock dividen sebanyak 25% atau 30.000 lembar saham. Harga saham
tersebut sebesar Rp. 7.500,- per lembarnya.
Struktur
modal sendiri setelah ada pemberian stock dividend adalah sebagai berikut:
Modal Saham
(nominal Rp. 5.000 x 120.000 lbr) =Rp. 750.000.000,-
Agio
Saham =
Rp. 475.000.000,-
Laba
ditahan = Rp. 575.000.000,-
Jumlah Modal
Sendiri = Rp. 1.800.000.000,-
Karena yang dibagikan
sebesar 30.000 lembar saham, maka jumlah dana yang dipindahkan ke rekening
modal saham sebesar Rp. 225.000.000,- atau 30.000 x Rp. 7.500,-. Oleh karena
nilai nominal saham Rp. 5.000,- per lembar, maka yang dicantumkan dalam
rekening Modal Saham sebesar 30.000 x Rp. 5.000,- = Rp. 150.000.000,- sisanya
akan dicantumkan ke rekening Agio Saham sebesar Rp. 75.000.000,-
Setelah stock dividend jumlah
lembar saham yang dimiliki menjadi 1.250 lembar dengan nilai yang
sama Rp. 750.000,-. Dengan demikian harga pasar saham saat ini menjadi Rp.
750.000 : 1.250 = Rp. 6.000,-. Oleh karena itu pembagian stock dividen tidak
akan memberikan pengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham.
E. Kebijakan
Stock Split
Stock
Split yaitu pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang
lebih kecil, akibatnya jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka
akan mengakibatkan harga saham turun proporsional dengan kenaikan jumlah lembar
saham, sebagai contoh:
Suatu
perusahaan pada akhir tahun mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut :
Modal saham
(nominal Rp. 4.000,- x 250.000 lembar) =
Rp. 1.000.000.000,-
Agio
Saham =
Rp. 500.000.000,-
Laba
ditahan
= Rp. 900.000.000,-
Jumlah
Modal Sendiri =
Rp. 2.400.000.000,-
Perusahaan
akan mengadakan stock split dari satu lembar saham
menjadi empat lembar
saham. Maka struktur modalnya setelah stock split akan nampak
sebagai berikut :
Modal saham (nominal Rp. 1.000,- x 1000.000 lembar) =
Rp. 1.000.000.000,-
Agio
Saham
= Rp. 500.000.000,-
Laba
ditahan
= Rp. 900.000.000,-
Jumlah
Modal
Sendiri =
Rp. 2.400.000.000,-
Setelah
diadakan kebijakan stock split, struktur modal sendiri tidak berubah.
Nilai Modal saham tetap Rp. 1.000.000.000,- tetapi nilai nominal berubah
menjadi Rp.1.000,- dan jumlah lembar saham menjadi 1000.000 lembar. Agio
saham dan laba ditahan tidak berubah. Kesejahteraan pemegang saham atau
investor juga tidak mengalami perubahan.
F. Kebijakan
repurchase stock
Repurchase
Stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dipegang oleh
pemegang saham. Misalnya suatu perusahaan mempunyai laba setelah
pajak dan harga pasar saham sebagai berikut :
Tabel 4.1 Repurchase stock
Earning available for
common stockholders
|
$1,000,000
|
Number of shares of
common stock outstanding
|
400,000
|
Earning per share
|
$2,5
|
Market price per share
|
$50
|
PER
|
20
|
Hasil dari repurchase stok
adalah seperti pada tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil
repurchase stock
• The firm
want to use @800,000 of its earning to repurchase share, the results of new
balance:
• The
amount dividend = 800,000/400,000 = $2
• Market
price = $50 + $2 = $52
• Repurchase
= 800,000 / 52 = 15,385 share
• Commond
stock wold remain outstanding = 400,000 – 15,385 = 384,615
• EPS
rise = $1,000,000 / 384,615 = $2,6
• PER
= 52/2,6 = 20
G. Daftar Pustaka
Amiruddin, Umar, dkk.
(2003), “Reaksi Harga Saham terhadap Publikasi Dividen Kasus Di BEJ Periode
1997-2001”, Jurnal Riset Ekonomi Manajemen.Vol.3, No.2, Mei
Black, F. 1976. The
Dividend Puzzle, Journal of Portfolio Management,
Winter, Vol. 2
Copeland, E. Thomas &
J. Fred Weston, 1995, Managerial Finance 9th ed, The Dryden Press,
USA
Gitman, L.J. 2006. Principles
of Managerial Finance. 11th edition. Addison Wesley.
Jogiyanto H. M,
(2000), “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi 3,
BPFE UGM, Yogyakarta
Miller, M.H. & F.
Modigliani, 1961, Dividend Policy, Growth and the Valuation of
Share, Journal of Business, Vol.34.
Robert, Ang, (1997), “Pasar
Modal Indonesia”, Media Soft Indonesia
1 komentar:
Casino - Bracket betting guide for your chance to win
The Casino is งานออนไลน์ a unique casino nba매니아 that has been around for over a decade. It has casinosites.one managed to 출장안마 offer great games such as Blackjack, bsjeon.net Roulette and Video Poker,
Posting Komentar