Piutang (Account Receivable)

Rabu, 20 November 2013


Pengertian Piutang


Piutang seringkali menjadi aset perusahaan paling besar nilainya dan tingkat likuiditasnya tinggi karena melihat kecepatan aset tersebut dapat dikonversi menjadi kas dalam operasi normal, seperti menjual barang atau jasa. Oleh sebab itu, nilai piutang sangat mempengaruhi aset lancar perusahaan. Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2008) piutang memiliki pengertian hak yang didapat dari orang ataupun perusahaan yang diharapkan dapat ditagih sehingga menghasilkan kas.

Pengertian lain mengenai piutang menurut Firdaus A. Dunia (2005) ialah klaim dalam bentuk uang terhadap perusahaan ataupun perseorangan yang timbul dari penjualan barang dan jasa secara kredit dan peminjaman uang.
Klasifikasi Piutang
Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang usaha (trade receivables). Sedangkan piutang jenis lain-lain seperti piutang pegawai (employee receivables), piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain. Namun menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004) dalam banyak kasus, piutang usaha adalah ”piutang terbuka” tanpa jaminan, dan sering disebut sebagai accounts receivable.
Penggolongan piutang menurut SAK yaitu menurut sumber terjadinya, ialah piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan pengklasifikasian bisa dengan beberapa cara. Pertama, piutang terdiri dari piutang usaha (trade receivables) dan piutang non-usaha (non-trade receivables). Cara pengklasifikasian yang lain, piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan piutang tidak lancar atau jangka panjang.
Namun, secara garis besar pengelompokkan piutang berdasarkan Warren, Reeve, dan Fess (2008) adalah sebagai berikut :
1) Piutang usaha (accounts receivable)
Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang dikelompokkan sebagai aset lancar.
2) Wesel tagih (notes receivable)
Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan.
3) Piutang lain-lain (other receivables)
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila tertagih dalam waktu satu tahun maka dikasifikasikan sebagai aset lancar, jika penagihannya lebih dari satu tahun maka diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar di bawah akun investasi. Piutang ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang pejabat atau piutang karyawan.


Pengakuan Piutang
Piutang diakui dengan menggunakan accrual basis. Yang dimaksud dengan accrual basis adalah piutang diakui pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat diterimanya uang pembayaran. Piutang ini timbul karena adanya transaksi antara penjual dengan pembeli, yang pembayarannya dilakukan pada saat yang akan datang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyajian dalam jurnal nya sebagai berikut :
Account Receivable (Dr) xxx
Sales(Cr) xxx
Penyajian pada saat penerimaan uang adalah sebagai berikut :
Cash (Dr) xxx
Account Receivable (Cr) xxx




Penilaian dan Pelaporan Piutang
Sesuai dengan SAK No. 1 (Revisi 1998), piutang usaha disyaratkan untuk disajikan secara wajar dalam neraca perusahaan, yang digolongkan ke dalam aset tidak lancar.
Secara teori, semua piutang dinilai dalam jumlah yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa datang. Oleh karena itu, piutang usaha berjangka pendek. Sebagai ganti dari menilai piutang usaha pada nilai sekarang yang didiskontokan, akuntansi mewajibkan pelaporan piutang sebesar nilai realisasi bersih (net realizable value). Hal ini berarti bahwa piutang dilaporkan dalam jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih dan diskon usaha. Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan yang benar-benar diperkirakan diterima secara tunai atau mencerminkan realitas ekonomi yang sebenarnya sehingga sesuai dengan matching concept.
Penyajian piutang usaha dalam neraca disajikan sebesar jumlah yang diharapkan dapat diterima, dimana jumlah yang diharapkan diterima ini belum tentu sama dengan jumlah yang secara formal tercantum dalam laporan klien. Hal ini karena perusahaan telah mengurangi dengan penyisihan terhadap piutang yang mungkin tidak dapat ditagih, konsep penilaian demikian menunjukan bahwa aktiva harus dinilai sebesar manfaat yang diterima dimasa yang akan datang.
Piutang Tak Tertagih
Di samping memperoleh manfaat dari penjualan yang dilakukan secara kredit seperti meningkatnya pendapatan penjualan dan laba, perusahaan juga biasanya menanggung beban operasi atas adanya piutang tak tertagih. Hal ini biasa timbul dari kegagalan perusahaan memperoleh pembayaran dari para pelanggan.
Adapun tiga variabel penting dalam proses collection (penagihan) yang harus diperhatikan oleh manajemen perusahaan, yaitu:
· Kemampuan membayar piutang
· Itikad baik untuk membayar piutang
· Kondisi perekonomian
Dalam menentukan kapan piutang usaha menjadi tak tertagih, tidak ada satu pun ketentuan umum yang dapat digunakan. Karena pada kenyataannya seorang customer gagal untuk mambayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti utang-utang tersebut tidak tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah satu petunjuk yang paling signifikan mengenai tidak tertagihnya sebagian / seluruh piutang. Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya penagihan setelah dilakukan beberapa kali usaha.
Adapun metode akuntansi untuk mencatat dan melaporkan beban piutang tak tertagih menurut Kieso & Weydgant adalah sebagai berikut :
1. Metode Penyisihan (Allowance Method)
Metode ini disebut juga metode tidak langsung. Dalam metode ini perusahaan. Metode ini akan menggunakan akun Penyisihan Piutang Tak Tertagih yang memiliki saldo normal di kredit. Akun ini merupakan contra account asset yang memperlihatkan kemungkinan klaim piutang tak tertagih di masa depan. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih ini adalah :
Bad Debt Expense (Dr) xxx
Account Receivable (Cr) xxx
Ada 2 cara untuk mengestimasi jumlah penyisihan untuk piutang tak tertagih, yaitu :
1. Persentase Penjualan
Pendekatan ini bertujuan untuk melaporkan piutang usaha di neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan, pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan Laba / Rugi. Melalui pendekatan ini debitur telah menentukan perkiraan (melakukan estimasi ) berapa persen dari penjualan yang tidak dapat ditagih (Uncollectible Receivables). Pendekatan ini tepat digunakan jika customer memiliki sejarah yang baik mengenai kredit macet dengan penjualan kredit tahun sebelumnya. Jurnal untuk pendekatan penjualan adalah :
Bad Debt Expense (Dr) xxx
Allowance For Doubful Accounts (Cr) xxx
2. Persentase Piutang
Pendekatan ini melihat menggunakan Analisis Umur Piutang (Aging Schedule) Salah satu cara perusahaan dalam mengontrol piutangnya dengan menggunakan aging schedule, yaitu daftar piutang usaha yang di dalammnya berisi saldo piutang usaha, nama pelanggan beserta umur piutang usaha. Dengan menggunakan cara ini, perusahaan dapat menganalisis piutangnya dan mengelompokkannya menurut lamanya piutang tersebut beredar. Semakin lama piutang tersebut beredar semakin kecil kemungkinan piutang tersebut tertagih, perusahaan dapat menentukan umur piutangnya berdasarkan tanggal jatuh temponya. Estimasi persentase untuk piutang yang tidak dapat ditagih dapat berbeda-beda sesuai dengan kategori umur piutang berdasarkan pengalaman masa lalu. Biasanya umur piutang usaha di kelompokkan menurut jumlah hari dibawah 60 hari, 60 – 90 hari, 91 – 120 hari, diatas 120 hari. Jurnal untuk pendekatan piutang adalah :
Bad Debt Expense (Dr) xxx
Allowance For Doubful Accounts (Cr) xxx
3. Metode Langsung (Direct Write off Method)
Perusahaan akan menerapkan metode langsung jika piutangnya sudah pasti tidak akan tertagih. Hal ini dilakukan oleh perusahaan dengan mendebet akun beban piutang tak tertagih (uncollectible account expense) dan mengkredit akun piutang usaha (account receivable).
Bad Debt Expense (Dr) xxx
Account Receivable (Cr) xxx
Metode ini digunakan apabila :
- Perusahaan kesulitan dalam mengestimasi jumlah piutang tak tertagih secara wajar.
- Jumlah customer yang dimiliki perusahaan relatif kecil.
Penghapusan Piutang
Metode Direct Write-off dan allowance merupakan metode yang digunakan dalam menentukan besarnya penyisihan piutang tak tertagih. Persentase atas nilai tersebut merupakan estimasi manajemen perusahaan atas kemungkinan kerugian akibat tidak terbayarnya piutang perusahaan. Bila debitur bangkrut atau dinyatakan pailit, sudah pasti piutang perusahaan tidak dapat ditagih. Untuk menangani hak tersebut, perusahaan harus menghapuskan piutang dan menghilangkan akun penyisihan piutang tak tertagih atas piutang yang jelas-jelas tidak dapat ditagih.
Jurnal penghapusan piutang adalah :
Allowance For Doubful Accounts (Dr) xxx
Account Receivables (Cr) xxx
Bila suatu ketika perusahaan menerima pembayaran atas piutang yang telah dihapuskan, hal itu merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan. Perusahaan harus memunculkan kembali piutang yang sebelumnya dihapuskan dan kemudian menghapus piutang tersebut karena telah dibayar. Jurnal atas piutang yang sebelumnya dihapuskan dan saat ini dibayar adalah :
1. Piutang Usaha (Dr) xxx
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Cr) xxx
2. Kas / Bank (Dr) xxx
Piutang Usaha (Cr) xxx
. Pengendalian Internal atas Piutang Usaha
Masalah untuk meminimalkan piutang usaha tanpa harus kehilangan bisnis yang diinginkan adalah hal yang penting. Piutang seringkali tidak menghasilkan pendapatan bunga, dan biaya yang timbul dari piutang tersebut harus ditutupi oleh margin laba. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Stice, Stice, dan Skousen (2004) dikatakan bahwa semakin lama suatu piutang dimiliki tanpa adanya bunga yang dihasilkan, semakin kecil persentase pengembalian yang direalisasi atas modal yang diinvestasikan (p.487).
Dari hal di atas, maka perlu ada pengendalian internal atas piutang.Beberapa aspek dari pengendalian internal yang baik atas piutang menurut Firdaus A. Dunia (2005) adalah sebagai berikut :
1) Mencocokkan fungsi pegawai atau bagian yang menangani transaksi penjualan (operasi) dari ”fungsi akuntansi untuk piutang”. Dengan demikian pegawai yang menangani akuntansi untuk piutang usaha dan wesel tagih tidak boleh dilibatkan dengan aspek operasi seperti menyetujui kredit.
2) Pegawai yang menangani akuntansi piutang harus dipisahkan dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang.
3) Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan, dan penghapusan piutang harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.
4) Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (account receivables subsidiary ledger). Total dari saldo-saldo buku tambahan ini harus dicocokkan dengan buku besar yang bersangkutan, paling tidak sebulan sekali. Di samping itu, pada akhir bulan para pelanggan (debitur) harus dikirimkan surat pernyataan piutang bulanan (monthly statement of account).
5) Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umumnya (aging schedule).

0 komentar:

Posting Komentar